Sabtu, 15 Agustus 2009 07:26 WIB
Cimahi (ANTARA News) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai Indonesia kekurangan tenaga medis --dokter dan perawat-- sedangkan penyalurannya sendiri bermasalah karena tidak merata ke setiap daerah.
"Mengenai distribusi kami tidak dapat berbicara dengan pemerintah. Distribusi di kita memang bermasalah," kata Ketua Umum IDI Fachmi Idris di Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Bandung, Sabtu.
Karena belum ada sistem yang tepat, maka penyaluran dokter di Indonesia menjadi tidak merata.
"Terjadi kekacauan dalam hal distribusi dokter, karena tidak ada sistem yang bagus untuk mengatur hal tersebut," kata Fachmi.
Akibatnya, jumlah dokter menumpuk di daerah tertentu seperti Bandung, sementara di daerah lain terutama daerah-daerah pedalaman, kekurangan tenaga medis sehingga menjadi timpang diantara daerah.
Fahmi juga mengungkapkan, bahwa jumlah dokter di Indonesia sangat kurang dari kata ideal.
"Untuk Indonesia, sebenarnya kebutuhan dokter mencapai 100 ribu, namun yang ada saat ini hanya 60 ribu. Berarti masih kekurangan 40 ribu dokter," ujarnya.
Apabila dikaitkan dengan standard sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk.
IDI juga menyoroti masalah kualitas dokter Indonesia dan dalam kaitan ini IDI menawarkan konsep membentuk satu entitas terdiri dari praktisi kesehatan, yaitu dokter, perawat dan apoteker.
"Dokter harus diuji ulang setiap lima tahun sekali. Kalau tidak lulus, mereka tidak akan mendapatkan sertifikat pendidikan berkelanjutan," katanya. (*)
Cimahi (ANTARA News) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai Indonesia kekurangan tenaga medis --dokter dan perawat-- sedangkan penyalurannya sendiri bermasalah karena tidak merata ke setiap daerah.
"Mengenai distribusi kami tidak dapat berbicara dengan pemerintah. Distribusi di kita memang bermasalah," kata Ketua Umum IDI Fachmi Idris di Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Bandung, Sabtu.
Karena belum ada sistem yang tepat, maka penyaluran dokter di Indonesia menjadi tidak merata.
"Terjadi kekacauan dalam hal distribusi dokter, karena tidak ada sistem yang bagus untuk mengatur hal tersebut," kata Fachmi.
Akibatnya, jumlah dokter menumpuk di daerah tertentu seperti Bandung, sementara di daerah lain terutama daerah-daerah pedalaman, kekurangan tenaga medis sehingga menjadi timpang diantara daerah.
Fahmi juga mengungkapkan, bahwa jumlah dokter di Indonesia sangat kurang dari kata ideal.
"Untuk Indonesia, sebenarnya kebutuhan dokter mencapai 100 ribu, namun yang ada saat ini hanya 60 ribu. Berarti masih kekurangan 40 ribu dokter," ujarnya.
Apabila dikaitkan dengan standard sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk.
IDI juga menyoroti masalah kualitas dokter Indonesia dan dalam kaitan ini IDI menawarkan konsep membentuk satu entitas terdiri dari praktisi kesehatan, yaitu dokter, perawat dan apoteker.
"Dokter harus diuji ulang setiap lima tahun sekali. Kalau tidak lulus, mereka tidak akan mendapatkan sertifikat pendidikan berkelanjutan," katanya. (*)
COPYRIGHT © 2009
1 comment:
Saya menjual alat pengecek kerusakan Quantum Resonance Magnetik bagi yang berminat hubungi di 085207724150 adan 083199002009(sms or call)
Post a Comment